Kabarnoken.com- Serangan demi serangan yang dilakukan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menimbulkan dampak serius bagi kehidupan masyarakat Papua. Tidak hanya menelan korban jiwa dan menimbulkan kerusakan, aksi kekerasan tersebut juga menghambat aktivitas ekonomi masyarakat, terutama para pedagang kecil yang menggantungkan hidup dari berjualan di pasar-pasar tradisional.
Maria Tabuni, seorang pedagang sayur di Kabupaten Yahukimo, menuturkan bahwa sejak serangan terakhir, pasar tradisional yang biasanya ramai menjadi sepi. “Kami takut keluar rumah. Kalau jualan di pasar, selalu terbayang ada orang bersenjata datang. Anak-anak juga kami larang pergi jauh. Kondisi ini benar-benar membuat kami susah mencari nafkah,” ungkapnya dengan wajah cemas, Jumat (5/9/2025).
Tokoh masyarakat setempat, Barnabas Kogoya, menyayangkan kondisi yang semakin sulit ini. Ia menegaskan bahwa tindakan OPM tidak pernah berpihak pada rakyat kecil. “Mereka selalu mengatasnamakan perjuangan, tapi justru yang jadi korban adalah rakyat sendiri. Bagaimana masyarakat bisa hidup tenang dan sejahtera kalau setiap hari diliputi rasa takut?” ujarnya.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan semakin terasa karena sebagian besar masyarakat Papua, khususnya di pedalaman, menggantungkan hidup dari hasil kebun, ternak, dan jual beli di pasar. Ketika akses ekonomi terhenti akibat aksi kekerasan, kehidupan masyarakat pun semakin terpuruk.
Tokoh pemuda Papua, Yonas Magai, menyatakan bahwa generasi muda semakin tidak percaya dengan langkah OPM yang terus menggunakan kekerasan. “Kami ini butuh sekolah, butuh bekerja, bukan hidup dengan senjata. Kalau pasar tidak jalan, orang tua kami tidak bisa membiayai pendidikan. Ini jelas merusak masa depan generasi Papua,” tegasnya.
Sementara itu, tokoh agama di wilayah Pegunungan Tengah, Pdt. Markus Yalip, mengingatkan bahwa teror dan intimidasi hanyalah jalan sesat. Ia menyerukan agar masyarakat tetap kuat dan tidak menyerah terhadap tekanan. “Kami mendoakan agar Tuhan melindungi umat-Nya dari kejahatan. Jangan biarkan rasa takut menguasai hati kita. Justru kita harus bersatu untuk melawan ketidakadilan ini dengan cara damai,” katanya dalam khotbah Minggu lalu.
Kondisi Papua saat ini kembali menjadi bukti bahwa kekerasan tidak pernah membawa kesejahteraan. Suara lantang masyarakat menegaskan bahwa mereka hanya menginginkan kedamaian, keamanan, serta kebebasan untuk bekerja dan berjualan tanpa rasa takut.