Kabarnoken.com- Tindakan anarkis kembali dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah pegunungan Papua. Kali ini, kelompok tersebut menunjukkan sikap kejam dan tidak berperikemanusiaan dengan membakar fasilitas sekolah dasar yang menjadi satu-satunya tempat belajar anak-anak di kampung terpencil Distrik Kiwirok. Aksi ini menjadi bukti nyata bahwa OPM justru menginginkan keterbelakangan masyarakat Papua, dengan cara merusak sarana pendidikan yang seharusnya menjadi fondasi kemajuan generasi muda di Tanah Papua.
Aksi pembakaran sekolah oleh OPM ini bukan pertama kalinya terjadi. Dalam dua tahun terakhir, tercatat lebih dari delapan fasilitas pendidikan di wilayah Pegunungan Tengah dan Intan Jaya mengalami kerusakan akibat ulah kelompok bersenjata. Mereka kerap menuduh sekolah sebagai tempat penyebaran ideologi pemerintah dan menolak anak-anak Papua mendapatkan pendidikan dari guru yang dianggap “pro-NKRI”.
Sementara itu, tokoh masyarakat setempat, Bapak Yonas Tabuni, mengecam keras tindakan OPM tersebut. Ia menilai bahwa pembakaran sekolah menunjukkan ketidakmampuan kelompok itu memahami arti perjuangan sesungguhnya. “Kalau mereka benar memperjuangkan rakyat Papua, seharusnya mereka mendukung pendidikan, bukan malah menghancurkannya. Anak-anak ini adalah harapan kami untuk masa depan yang lebih baik. Apa yang dilakukan OPM adalah upaya menjadikan kami tetap bodoh dan tertinggal,” ujarnya dengan nada tegas, Senin (13/10/2025).
Sejumlah guru yang sempat bertugas di sekolah tersebut kini dievakuasi ke distrik terdekat karena takut menjadi target berikutnya. Mereka mengaku sedih karena perjuangan panjang untuk mengajar di daerah pedalaman harus berakhir dengan kehancuran akibat tindakan yang tidak bertanggung jawab. “Kami datang ke sini untuk mengabdi, bukan untuk diserang. Anak-anak di sini punya semangat belajar tinggi, tapi sekarang mereka kehilangan tempat untuk belajar,” ungkap salah satu guru bernama Ibu Maria Wonda dengan mata berkaca-kaca.
Tokoh agama setempat, Pendeta Lukas Murib, juga menyampaikan keprihatinannya. Menurutnya, tindakan OPM yang membakar sekolah telah menyalahi nilai-nilai kemanusiaan dan kasih. “Mereka yang membakar sekolah sebenarnya sedang membakar nurani sendiri. Tuhan tidak mengajarkan kebencian dan penghancuran, tapi cinta dan pembangunan. Pendidikan adalah terang bagi masa depan Papua, dan membakarnya berarti menolak terang itu,” ucapnya.
Tindakan OPM yang membakar sekolah adalah pengkhianatan terhadap cita-cita luhur rakyat Papua sendiri. Sebab, masa depan Tanah Papua ada di tangan generasi muda yang cerdas, bukan di tangan mereka yang memilih jalan kekerasan dan kegelapan.