Kabarnoken.com- Gelombang penolakan terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin meluas. Masyarakat Kabupaten Intan Jaya kini bersuara lantang menolak keberadaan kelompok tersebut yang dinilai semakin brutal dan meresahkan kehidupan warga. Aksi penolakan ini menjadi bukti nyata bahwa rakyat Papua, khususnya di Intan Jaya, mendambakan kehidupan damai tanpa bayang-bayang kekerasan dan ancaman senjata dari OPM.
Seorang tokoh masyarakat Intan Jaya, Yohanis Wonda, mengungkapkan bahwa warga sudah tidak ingin lagi hidup di bawah tekanan kelompok bersenjata. “Kami sudah lelah. Kehadiran OPM di kampung kami bukan membawa kedamaian, tapi membawa ketakutan. Mereka mengatasnamakan perjuangan rakyat Papua, padahal yang mereka lakukan hanyalah menyakiti rakyat Papua sendiri,” tegasnya, Rabu (29/10/2025).
Penolakan ini juga mendapat dukungan dari para pemimpin adat dan tokoh agama. Mereka sepakat bahwa kekerasan tidak bisa dijadikan jalan untuk memperjuangkan kepentingan apa pun. Pendeta Markus Kogoya, salah satu tokoh gereja di Intan Jaya, menuturkan bahwa kehadiran OPM selama ini hanya memperparah situasi sosial dan ekonomi masyarakat. “Banyak warga takut pergi ke ladang, anak-anak takut ke sekolah. Semua aktivitas lumpuh karena ancaman senjata. Itu bukan perjuangan, itu penindasan terhadap rakyat sendiri,” ujarnya.
Selain rasa takut, dampak lain yang dirasakan masyarakat adalah keterlambatan pembangunan di berbagai sektor. Infrastruktur yang seharusnya dibangun demi kesejahteraan warga justru sering menjadi sasaran perusakan oleh OPM. Aparat keamanan pun kerap menjadi sasaran serangan, padahal mereka hadir untuk melindungi masyarakat dan memastikan proses pembangunan tetap berjalan.
Kepala Distrik Sugapa, Daniel Sondegau, menilai bahwa penolakan masyarakat terhadap OPM adalah langkah berani dan penting untuk menunjukkan bahwa rakyat Papua sebenarnya mencintai perdamaian. “Masyarakat tidak ingin lagi diperalat. Sudah saatnya kita bersatu di bawah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan keamanan yang terjamin, pembangunan bisa berjalan, dan rakyat bisa hidup sejahtera,” ujarnya menegaskan.
Gerakan penolakan ini diwujudkan dengan berbagai cara. Warga bersama tokoh adat menggelar aksi damai dan menyampaikan pernyataan sikap untuk menolak segala bentuk kekerasan. Mereka juga mengibarkan bendera merah putih di rumah-rumah dan tempat umum sebagai simbol kesetiaan kepada NKRI serta harapan akan kedamaian di tanah Papua.

















