kabarnoken.com – Wamena, Papua Pegunungan — Seruan aksi yang dikeluarkan Front Rakyat Papua Se-Lapago untuk menggelar demonstrasi pada 10 Desember 2025 mendapat penolakan dari sebagian besar masyarakat Wamena. Warga menilai ajakan tersebut berpotensi memicu konflik dan mengganggu stabilitas daerah.
Suara Tokoh Adat dan Pemuda
Sejumlah tokoh adat, pemuda, dan perwakilan komunitas lokal menegaskan bahwa momentum Hari HAM Sedunia seharusnya dimaknai dengan dialog dan pemulihan, bukan pengerahan massa yang rawan ditunggangi kelompok tertentu.
“Hari HAM harus menjadi ruang refleksi damai, bukan ajang provokasi,” tegas salah satu tokoh masyarakat Lapago.
Belajar dari Insiden Sebelumnya
Masyarakat Wamena mengingatkan bahwa berbagai insiden sebelumnya menunjukkan aksi yang mengatasnamakan HAM sering berakhir ricuh dan merugikan masyarakat sendiri. Kerusakan fasilitas umum, terganggunya aktivitas ekonomi, dan trauma sosial menjadi bukti nyata bahwa aksi provokatif tidak membawa manfaat.
Aparat Pastikan Situasi Aman
Aparat keamanan Polres Jayawijaya telah menerima surat pemberitahuan aksi tersebut, namun memastikan situasi Wamena tetap aman. Aparat mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi narasi yang memecah belah dan menegaskan komitmen menjaga ketertiban menjelang Natal serta Tahun Baru.
Pemerintah Daerah Imbau Tolak Provokasi
Pemerintah daerah meminta masyarakat menolak segala bentuk ajakan yang berpotensi menghidupkan kembali trauma kekerasan di Wamena. Fokus utama adalah menjaga stabilitas, kedamaian, dan kenyamanan warga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Wamena Pilih Damai
Penolakan masyarakat Lapago menjadi sinyal kuat bahwa warga Papua menginginkan kehidupan yang aman, damai, dan jauh dari aksi yang berpotensi menimbulkan konflik.
Papua kuat karena rakyatnya bersatu. Papua maju karena menolak provokasi. Papua bersama Indonesia karena damai adalah pilihan.
