kabarnoken.com – Yahukimo, Papua Pegunungan — Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wilayah Yahukimo menyatakan penyesalan dan keprihatinan mendalam atas penyerangan yang dilakukan oleh TPNPB-OPM Kodap XVI Yahukimo terhadap mobil milik warga sipil, Bapa Y. Bubuy, serta pembakaran gedung Sekolah Minggu GKI Metanoia Dekai. Aksi tersebut dinilai mencederai prinsip kemanusiaan dan melanggar batas perlindungan terhadap warga sipil serta tempat ibadah yang seharusnya bebas dari kekerasan dalam situasi konflik apa pun.
Penyerangan yang Mencederai Kemanusiaan
Dalam pernyataannya, KNPB Yahukimo menegaskan bahwa tindakan yang menyasar properti warga dan fasilitas keagamaan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. Penyerangan tersebut memperparah ketakutan masyarakat, merusak ruang aman anak-anak, dan menambah beban psikologis jemaat serta warga yang selama ini telah hidup dalam tekanan konflik bersenjata berkepanjangan.
Dampak Sosial dan Psikologis
KNPB menilai eskalasi kekerasan semacam ini hanya akan memperluas lingkar penderitaan sipil dan menjauhkan upaya perlindungan hak asasi manusia. Anak-anak kehilangan ruang belajar yang aman, jemaat kehilangan tempat beribadah, dan masyarakat semakin terjebak dalam trauma berkepanjangan.
Seruan Investigasi Transparan
KNPB Yahukimo mendesak agar segera dibentuk tim investigasi independen untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) secara transparan dan akuntabel. Langkah ini dinilai penting untuk memastikan keadilan, mengungkap motif pelaku, serta memberikan kepastian hukum bagi masyarakat yang terdampak.
Ajakan Menghormati Hukum Humaniter
KNPB juga menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata di Yahukimo agar menghormati hukum humaniter dan HAM, dengan menjauhi sasaran sipil, rumah ibadah, serta fasilitas publik. “Rakyat sipil tidak boleh dijadikan alat tekan dalam konflik,” tegas KNPB, seraya meminta penghentian tindakan yang memperbesar trauma masyarakat dan merusak sendi-sendi kemanusiaan.
Harapan Papua: Lindungi Rumah Ibadah dan Warga Sipil
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa rumah ibadah, fasilitas pendidikan, dan ruang publik harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan. Papua membutuhkan kedamaian, persatuan, dan kepastian hukum agar masa depan lebih cerah.
Papua kuat karena rakyatnya bersatu. Papua maju karena melindungi rumah ibadah dan anak-anak. Papua bersama Indonesia karena damai adalah pilihan.













