Kabarnoken.com- Desakan untuk menghentikan segala bentuk intimidasi yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) terhadap masyarakat Papua terus bergema dari berbagai penjuru tanah Papua. Masyarakat menilai bahwa tindakan OPM yang mengatasnamakan perjuangan kemerdekaan justru membawa ketakutan dan penderitaan berkepanjangan bagi rakyat sipil.
Tokoh masyarakat asal Nduga, Yohanis Wenda, menegaskan bahwa masyarakat Papua sudah lelah dengan kekerasan yang tidak kunjung berhenti. “Kami ingin hidup tenang, berkebun, menyekolahkan anak-anak, dan membangun masa depan. Tapi OPM datang dengan senjata, membawa ancaman, dan memaksa kami mendukung mereka,” ujarnya, Kamis (7/8/2025).
Yohanis juga menambahkan bahwa banyak warga merasa takut untuk menyuarakan penolakan karena ancaman pembunuhan dan penganiayaan yang dilakukan secara diam-diam. “Kalau tidak setuju dengan mereka, dianggap musuh. Padahal kami hanya ingin damai,” tambahnya.
Tindakan intimidasi yang dilakukan oleh OPM tidak hanya menyasar warga desa, namun juga guru, tenaga medis, hingga tokoh adat yang menolak bergabung dengan kelompok separatis. Akibatnya, banyak fasilitas pendidikan dan kesehatan yang berhenti beroperasi karena rasa takut yang mencekam.
Tokoh pemuda Papua, Mikael Kobepa, menyebut bahwa OPM telah kehilangan arah dan tujuan perjuangan. “Kalau katanya memperjuangkan rakyat Papua, mengapa justru rakyat yang paling menderita? Sekolah dibakar, petani dipalak, guru diusir. Ini bukan perjuangan, ini pemerasan atas nama kemerdekaan,” tegasnya.
Kini, suara rakyat Papua semakin jelas, mereka menolak segala bentuk intimidasi dan kekerasan yang diklaim sebagai bagian dari perjuangan kemerdekaan. Bagi rakyat, kemerdekaan yang sejati adalah bisa hidup damai, sejahtera, dan bebas dari ketakutan bukan hidup di bawah bayang-bayang laras senjata.