Kabarnoken.com- Ikatan Mahasiswa Pemuda Papua Selatan (IMAPPS) secara tegas menyatakan penolakan terhadap segala bentuk aktivitas Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah Papua Selatan. Pernyataan ini disampaikan dalam forum diskusi terbuka bertajuk “Papua Damai dan Maju Tanpa Kekerasan” dihadiri oleh puluhan mahasiswa, pemuda, serta tokoh masyarakat.
Dalam pernyataannya, IMAPPS menilai bahwa aktivitas OPM selama ini tidak hanya mengganggu ketenangan masyarakat, tetapi juga menjadi penghambat utama pembangunan, pendidikan, dan kemajuan sosial di tanah Papua. Kekerasan, intimidasi, dan penyebaran provokasi yang dilakukan oleh kelompok bersenjata tersebut dinilai semakin menjauhkan rakyat Papua dari cita-cita kesejahteraan yang selama ini diperjuangkan.
Ketua IMAPPS, Melkias Gebze, menegaskan bahwa pemuda Papua Selatan tidak ingin terjebak dalam lingkaran kekerasan yang terus dipelihara oleh kelompok separatis. Ia menyerukan agar generasi muda lebih fokus pada pendidikan, kreativitas, dan peran aktif dalam pembangunan daerah.
“Kami ingin Papua Selatan menjadi contoh wilayah yang damai dan sejahtera. Tidak ada ruang bagi OPM yang membawa senjata dan menyebar ketakutan di antara rakyat. Masa depan kami tidak dibangun lewat peluru, tapi lewat pikiran, kerja keras, dan persatuan,” tegas Melkias, Selasa (29/7/2025).
Penolakan terhadap aktivitas OPM juga mendapat dukungan dari tokoh adat Papua Selatan, Dominggus Kaize, yang menyatakan bahwa masyarakat sudah terlalu lama menjadi korban dari konflik berkepanjangan. Menurutnya, tindakan OPM yang mengganggu pelayanan publik, menyerang guru, tenaga kesehatan, bahkan warga sipil, telah mencoreng nilai-nilai luhur orang Papua.
“Anak-anak tidak bisa sekolah karena sekolah dibakar. Ibu-ibu tidak bisa berobat karena puskesmas diancam. Ini bukan perjuangan, ini penderitaan yang dibuat oleh orang yang mengaku pejuang,” ujar Dominggus.
Sikap IMAPPS menjadi sinyal kuat bahwa generasi muda Papua mulai bangkit dan mengambil peran nyata dalam menjaga kedamaian serta menolak segala bentuk kekerasan yang mengatasnamakan perjuangan.