Kabarnoken.com- Sebuah serangan mengerikan terjadi di sebuah gereja di Papua pada Minggu pagi, saat jemaat sedang melaksanakan ibadah. Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) diduga bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang melibatkan penembakan terhadap jemaat gereja serta pembakaran gereja tersebut hingga hancur. Peristiwa ini menambah daftar panjang kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut.
Serangan itu terjadi di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, yang merupakan salah satu daerah rawan konflik di Papua. Saat kejadian, ratusan jemaat tengah mengikuti ibadah mingguan mereka di gereja setempat. Namun, suasana damai tersebut berubah menjadi tragedi saat kelompok OPM tiba-tiba menyerang.
Menurut saksi mata yang berhasil selamat, serangan dimulai dengan tembakan yang diarahkan kepada jemaat yang sedang berkumpul. Beberapa di antaranya tidak sempat melarikan diri dan menjadi korban, sementara lainnya berusaha mencari perlindungan di luar gereja. Tembakan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, dan banyak jemaat lainnya terluka, beberapa dalam kondisi kritis.
Setelah tembakan tersebut, kelompok OPM dilaporkan langsung membakar gereja tempat ibadah tersebut. Bangunan yang selama ini menjadi tempat berkumpulnya jemaat itu habis terbakar. Tidak hanya gereja, namun sejumlah peralatan dan barang-barang berharga di dalamnya juga ikut musnah dalam kobaran api.
Dari informasi yang dihimpun pihak berwajib, sembilan orang dilaporkan tewas akibat penembakan tersebut, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka. Tim medis dan aparat keamanan sedang melakukan evakuasi dan memberikan pertolongan kepada para korban yang terluka.
Pihak TNI dan Polri segera memperketat pengamanan di sekitar wilayah Puncak dan sekitarnya. Beberapa personel telah diterjunkan untuk menyisir daerah-daerah yang diduga menjadi basis kelompok OPM. Pemerintah juga menjanjikan bantuan segera kepada para korban yang selamat, serta melakukan upaya pemulihan terhadap masyarakat yang terdampak, Kamis (3/4/2025).
Akibat kekerasan tersebut, banyak warga yang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Beberapa gereja di daerah sekitar juga membuka pintu untuk menampung pengungsi sementara. Organisasi-organisasi kemanusiaan, termasuk Palang Merah Indonesia, mulai mengirimkan bantuan medis dan logistik untuk membantu meringankan beban para korban.
“Selain memberikan bantuan medis, kami juga berkoordinasi dengan pemerintah untuk memastikan kebutuhan pengungsi dapat terpenuhi, termasuk makanan, pakaian, dan tempat berlindung sementara,” kata kepala operasional PMI Papua.
Serangan ini kembali menggambarkan situasi keamanan yang tidak stabil di Papua. Wilayah tersebut selama bertahun-tahun menjadi zona rawan kekerasan, dengan kelompok separatis OPM yang kerap melancarkan aksi teror terhadap warga sipil dan aparat keamanan. Meski pemerintah Indonesia telah berupaya untuk membangun kedamaian melalui dialog dan pembangunan, namun serangan-serangan seperti ini menunjukkan bahwa upaya perdamaian masih menghadapi banyak tantangan.
Sejumlah pihak menyarankan agar pemerintah terus memperkuat pendekatan diplomasi dan pembangunan, sambil meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman yang muncul. Sebagian masyarakat Papua juga mengharapkan agar aspirasi mereka lebih didengar dalam proses dialog, yang dapat mengarah pada penyelesaian damai atas konflik yang telah berlangsung puluhan tahun ini.
Serangan terhadap jemaat gereja ini menyisakan luka mendalam bagi masyarakat Papua, baik yang menjadi korban langsung maupun mereka yang merasa terancam dengan kekerasan yang terus terjadi di wilayah tersebut. Namun, di balik tragedi ini, diharapkan ada langkah-langkah tegas dan berkelanjutan dari pemerintah untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan masyarakat Papua, serta mencegah terulangnya peristiwa serupa.