Kabarnoken.com- Duka mendalam menyelimuti masyarakat Papua, khususnya di Kabupaten Yahukimo, setelah kabar tragis meninggalnya Melany Wamea, seorang pengajar masyarakat asli Papua, yang menjadi korban kebrutalan kelompok bersenjata OPM. Melany dikenal sebagai sosok guru yang penuh dedikasi dan pengabdian, memilih untuk mengajar di pedalaman demi memberikan pendidikan bagi anak-anak Papua. Namun, pengabdian tulusnya harus berakhir dengan kekerasan keji yang dilakukan oleh kelompok OPM di wilayah tersebut.
Kabar duka ini memicu gelombang kesedihan di kalangan masyarakat. Seorang tokoh adat setempat, Lukas Wenda, dengan nada penuh haru mengatakan bahwa Melany bukan hanya seorang guru, melainkan pahlawan bagi anak-anak pedalaman. “Melany bukan hanya anak kami. Ia adalah pelita bagi banyak anak-anak di pedalaman. Seorang guru yang mengabdi dengan tulus, yang memilih untuk melayani di wilayah terpencil, jauh dari kenyamanan kota, demi pendidikan dan masa depan anak-anak Papua. Namun pengabdiannya justru harus berakhir dengan kekerasan yang tidak berperikemanusiaan,” ucap Lukas dengan mata berkaca-kaca, Kamis (16/10/2025).
Menurut Lukas, masyarakat kini hidup dalam ketakutan karena aksi kekerasan kelompok OPM yang tidak lagi membedakan siapa kawan dan siapa musuh. “Kalau guru pun dibunuh, lalu siapa yang mau datang bantu pendidikan anak-anak kami? Ini sudah bukan perjuangan, tapi tindakan yang merusak masa depan generasi Papua,” tegasnya.
Piter Lokon, seorang jurnalis lokal yang turut mendampingi tim investigasi saat meninjau lokasi kejadian, menggambarkan suasana duka dan trauma mendalam di tengah masyarakat. Ia menyebut bahwa wilayah tempat Melany mengajar kini tampak sepi dan penuh rasa takut. “Masyarakat di daerah itu masih diliputi ketakutan dan trauma mendalam. Melany adalah satu-satunya guru di sana. Kepergiannya bukan hanya duka bagi kami, keluarganya, tapi juga bagi anak-anak didiknya yang kini kehilangan harapan dan sosok panutan,” ujar Piter.
Menurutnya, anak-anak yang biasa belajar di bawah bimbingan Melany kini berhenti sekolah karena tidak ada lagi pengajar yang berani datang ke daerah itu. “Mereka masih sering menatap sekolah yang kini kosong, seolah berharap Melany akan datang lagi,” imbuhnya.
Kematian Melany Wamea meninggalkan luka yang dalam, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Papua yang mendambakan kedamaian. Sosoknya kini menjadi simbol pengorbanan dan ketulusan seorang putri Papua yang memilih mengabdi untuk tanah kelahirannya, meski akhirnya harus membayar dengan nyawa.