Kabarnoken.com- Masyarakat Suku Korowai dijuluki manusia pohon lantaran memiliki rumah yang berada di atas pepohonan yang cukup tinggi. Rumahnya bisa sekitar puluhan meter.
Antropolog Universitas Cenderawasih, Hanro Yonathan Lekitoo mengaku pernah mendampingi orang Korea melakukan pemutaran film terhadap tempat tinggal masyarakat Korowai. Mereka membangun rumah di atas pohon dengan ketinggian kurang lebih 40-70 meter.
“Ini merupakan rumah pohon paling tinggi dari yang dibangun oleh masyarakat Korowai pada umumnya. Rumah pohon yang dibangun ini agar dapat berhadapan dengan musuh,” kata Lekitoo.
Dikutip dari Buku Potret Manusia Pohon yang ditulis oleh Hanro Yonathan Lekitoo, ada 3 bentuk rumah orang Korowai, yaitu (1) Rumah yang dibangun di atas tiang-tiang tinggi di atas 5 meter, (2) Rumah yang dibangun di atas pohon-pohon tinggi, (3) Rumah yang dibangun di atas tanah berupa bivak-bivak atau rumah-rumah sementara.
Pertama, rumah masyarakat Korowai yang terbuat di atas tiang-tiang tinggi di atas 5 meter tersebut adalah salah satu cara untuk menjaga keamanan seisi anggota rumah dari serangan musuh. Rumah ini berukuran sekitar 10X5 meter.
Ketiga, rumah di atas pohon adalah rumah yang dibangun khusus untuk berhadapan dengan musuh-musuh yang baik dari kelompok orang Korowai sendiri maupun dari kelompok orang Citak, Mitak dan Kombai, suku-suku tetangga orang Korowai.
“Rumah ini dibangun di atas pohon-pohon yang ketinggiannya bisa mencapai 70-an meter. Bagi orang Korowai semakin tinggi sebuah rumah pohon semakin aman keluarga atau kelompok yang tinggal di rumah pohon tersebut dari ancaman serangan musuh,” tulis Lekitoo dalam bukunya, Kamis (4/9/2025).
Ketiga, rumah-rumah atau bivak-bivak di atas tanah, untuk para hadirin dalam pesta ulat sagu yang diselenggarakan beberapa hari lamanya. Rumah ini dibangun tidak begitu tinggi, bentuk rumah di atas tiang (rumah panggung).
“Para tamu akan menginap di situ bersifat sementara untuk para tamu yang diundang dalam pesta ulat sagu tersebut,” ucap Lekitoo.
Pria kelahiran Teluk Wondama ini mengatakan, masyarakat Suku Korowaisaat sudah di-reseltemen atau mengalami permukiman kembali.
Namun demikian, masih ada sebagian masyarakat Suku Korowai yang hidupnya masih tradisional di dusun-dusunnya masing-masing.
“Kita lihat saat ini sudah ada masyarakat Korowai yang dilakukan pemukiman kembali. Meski pun masih ada yang kita lihat terisolasi,” kata Lekitoo.