Example floating
Example floating
Example 728x250
Keamanan

Menolak Lupa Tragedi Biak Berdarah, Luka Mendalam yang Dilakukan oleh OPM

6
×

Menolak Lupa Tragedi Biak Berdarah, Luka Mendalam yang Dilakukan oleh OPM

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Kabarnoken.com- Dua dekade lebih telah berlalu, namun tragedi “Biak Berdarah” tetap meninggalkan luka yang belum sembuh bagi masyarakat Papua, khususnya warga Kabupaten Biak Numfor. Peristiwa kelam yang kuat dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) tersebut menjadi catatan sejarah yang tak boleh dilupakan, terutama karena menyasar masyarakat sipil secara brutal dan membabi buta.

Tragedi ini bermula dari aksi sepihak OPM yang memprovokasi masyarakat melalui propaganda pemisahan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kemudian berujung pada kekacauan dan kekerasan yang melibatkan penyerangan terhadap warga sipil, pembakaran fasilitas umum, hingga penyanderaan dan intimidasi. Dalam rentetan aksi kekerasan yang berlangsung kala itu, puluhan warga sipil menjadi korban jiwa maupun luka-luka, serta trauma mendalam yang masih membekas hingga kini.

Example 300x600

Tokoh adat Biak, Markus Mandowen, mengingatkan bahwa tragedi tersebut harus dijadikan pelajaran bagi generasi muda agar tidak mudah terprovokasi dengan narasi dan janji-janji kosong dari kelompok separatis. “Kami menolak lupa. Biak Berdarah bukan hanya soal sejarah, tapi soal kejahatan terhadap rakyat Papua sendiri. OPM membawa penderitaan, bukan pembebasan,” tegasnya, Senin (7/7/2025).

Sejumlah saksi mata mengisahkan bagaimana saat itu warga yang tidak bersalah dipaksa mengikuti gerakan separatis, bahkan anak-anak dan perempuan tak luput dari intimidasi. Mereka yang menolak terlibat atau mencoba melarikan diri menjadi sasaran kekerasan. Selain itu, fasilitas umum seperti sekolah, kantor desa, dan rumah ibadah turut dibakar oleh kelompok bersenjata demi menciptakan ketakutan dan kekacauan.

Pendeta gereja lokal di Biak Numfor, Yohanis Mambrasar, juga menyatakan keprihatinan mendalam atas tragedi tersebut. Ia menyebut bahwa kekerasan yang dilakukan OPM di masa lalu menunjukkan bahwa kelompok tersebut tidak memiliki rasa hormat terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. “Apa pun alasan politik mereka, kekerasan terhadap masyarakat adalah perbuatan tercela. Biak Berdarah adalah bukti bahwa mereka bukan pahlawan, tapi pelaku penindasan terhadap rakyat sendiri,” ujarnya.

Hingga kini, keluarga korban masih menyimpan duka dan harapan agar peristiwa kelam ini tidak terulang kembali di tanah Papua. Mereka meminta agar generasi muda terus menjaga semangat damai dan tidak mudah terhasut oleh propaganda separatis yang membungkus kekerasan dengan dalih perjuangan.

Tokoh perempuan Papua, Maria Faidiban, menyerukan agar pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat sipil terus mengedukasi warga tentang pentingnya persatuan dan bahaya laten separatisme. “Jangan biarkan anak-anak kita tumbuh dengan cerita kekerasan. Kita harus wariskan perdamaian, bukan konflik,” ujarnya.

Tragedi Biak Berdarah bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi menjadi pengingat bahwa kekerasan atas nama apa pun, termasuk separatisme, hanya akan menciptakan kehancuran. Masyarakat Papua hari ini menginginkan masa depan yang damai, aman, dan sejahtera, jauh dari bayang-bayang kekerasan yang pernah terjadi di Biak dan wilayah lainnya.

Dengan terus mengingat dan menolak lupa, masyarakat berharap tragedi seperti Biak Berdarah tak lagi terjadi di Bumi Cenderawasih.

Example 300250
Example 120x600