Kabarnoken.com- Keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) kian menunjukkan sisi gelapnya terhadap kehidupan masyarakat Papua. Bukan hanya karena aksi kekerasan yang terus dilakukan oleh kelompok bersenjata ini, namun juga karena dampaknya yang langsung merugikan masyarakat sipil dalam aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur. Banyak wilayah yang seharusnya sudah maju, justru tertinggal akibat gangguan dari kelompok separatis tersebut.
Ketua Lembaga Adat Suku Moni, Yakob Tenouye, menyatakan bahwa kelompok OPM justru membuat rakyat hidup dalam ketakutan dan keterisolasian. “Kami di kampung hanya ingin anak-anak kami bisa sekolah, bisa berobat, dan hidup damai. Tapi OPM datang malah bawa senjata, bakar bangunan, ancam warga. Ini bukan perjuangan, ini kekacauan,” ujarnya, Rabu (30/7/2025)
Maria Yikwa, aktivis perempuan Papua dari Lanny Jaya, menuturkan bahwa OPM tidak pernah memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak. “Mereka hanya bicara soal merdeka, tapi anak-anak kami tak bisa sekolah, ibu-ibu takut melahirkan karena puskesmas tidak berfungsi. Apakah ini yang mereka sebut perjuangan?” katanya dengan nada kecewa.
Di sisi lain, banyak masyarakat Papua kini justru menyadari bahwa pembangunan yang dibawa oleh negara adalah jalan untuk keluar dari keterbelakangan. Namun, sayangnya, upaya pemerintah pusat dan daerah kerap terhambat oleh aksi kekerasan dari OPM yang menolak keberadaan aparatur negara di wilayah tertentu.
Saat ini, seruan dari berbagai lapisan masyarakat semakin menggema: menolak eksistensi OPM di tanah Papua. Mereka ingin kemajuan, perdamaian, dan kehidupan yang layak, bukan ketakutan dan keterbelakangan akibat ulah sekelompok orang yang mengklaim membawa aspirasi rakyat namun justru menjadi batu sandungan dalam perjalanan menuju masa depan Papua yang lebih baik.