Example floating
Example floating
Example 728x250
Keamanan

OPM Diduga Lakukan Penyanderaan Usai Tewaskan 11 Pegawai Tambang di Yahukimo

21
×

OPM Diduga Lakukan Penyanderaan Usai Tewaskan 11 Pegawai Tambang di Yahukimo

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Kabarnoken.com- Kelompok bersenjata yang diduga merupakan bagian dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali melakukan aksi kekerasan yang menggemparkan publik. Insiden tragis terjadi di Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, pada awal April 2025. Dalam serangan brutal tersebut, sebanyak 11 orang pegawai tambang dilaporkan tewas dibunuh secara kejam oleh kelompok bersenjata, disusul dengan aksi penyanderaan terhadap sejumlah korban lainnya.

Menurut laporan resmi dari Kepolisian Daerah Papua, para korban merupakan pekerja tambang emas rakyat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Mereka diketahui bekerja di lokasi tambang yang tidak memiliki izin resmi, namun telah beroperasi secara tradisional selama beberapa bulan terakhir.

Example 300x600

“Sebanyak 11 korban jiwa telah ditemukan, semuanya dalam kondisi meninggal dunia dengan luka tembak dan senjata tajam. Tim evakuasi sedang berusaha menjangkau lokasi yang sangat terpencil dan hanya bisa diakses melalui jalur udara,” ujar Benny dalam konferensi pers di Jayapura, Jumat (11/04/2025).

Tak lama setelah pembantaian tersebut, kelompok bersenjata yang mengklaim sebagai bagian dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) disebut telah membawa lari sejumlah warga sipil ke dalam hutan. Aksi ini diduga merupakan bentuk penyanderaan terhadap pendatang yang dianggap sebagai bagian dari “mata-mata dari TNI-Polri”.

Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, dalam pernyataan yang dirilis melalui kanal media sosial kelompok tersebut, menyatakan bahwa pihaknya tidak akan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Ia menuduh para pekerja tambang sebagai “mata-mata dari pihak TNI dan Polri”.

“TPNPB telah mengambil tindakan tegas terhadap operasi tambang ilegal di Yahukimo. Ini adalah peringatan kepada semua pendatang yang menjadikan dirinya sebagai mata-mata untuk TNI-Polri,” tulis Sambom dalam pernyataannya.

Namun demikian, hingga saat ini belum ada informasi pasti mengenai jumlah sandera, kondisi mereka, maupun lokasi pasti tempat mereka ditahan.

Tim gabungan TNI-Polri dilaporkan telah dikerahkan ke wilayah Yahukimo, dengan fokus pada misi penyelamatan sandera, pemulihan keamanan, serta investigasi lebih lanjut terkait jaringan kelompok bersenjata yang terlibat.

Tragedi ini kembali memunculkan trauma mendalam di kalangan masyarakat Papua, khususnya komunitas pendatang yang menggantungkan hidup dari aktivitas ekonomi di wilayah pegunungan. Sejumlah keluarga korban di Makassar, Kupang, dan Surabaya telah dihubungi oleh pihak kepolisian dan tengah menanti kepastian nasib sanak saudara mereka.

“Adik saya baru dua bulan kerja di sana. Kami tidak tahu kalau tempat itu sangat berbahaya,” ujar Risna, kakak salah satu korban asal Sulawesi Selatan, dengan suara bergetar saat diwawancarai media lokal.

Banyak warga kini memilih meninggalkan lokasi tambang dan kembali ke daerah asal mereka karena ketakutan akan serangan susulan.

Tragedi di Yahukimo menjadi pengingat pahit akan kompleksitas persoalan Papua, di mana ketegangan antara kepentingan ekonomi, aspirasi politik, dan keamanan masyarakat sipil terus bergulir tanpa solusi nyata. Pemerintah Indonesia kini dihadapkan pada tantangan besar untuk tidak hanya merespons secara taktis terhadap insiden kekerasan, tetapi juga menyusun strategi jangka panjang untuk membawa Papua ke dalam kondisi damai dan adil bagi semua pihak.

Example 300250
Example 120x600