Kabarnoken.com- Aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menelan korban jiwa. Kali ini, tindakan keji dilakukan oleh Pasukan Operasi Kodap XI Odiyai Dogiyai yang berada di bawah komando Brigjen Yonatan M. Pigai. Dalam insiden tersebut, salah satu warga sipil tak bersalah atas nama Josep Agus Lepo menjadi korban eksekusi mati yang dilakukan pada Selasa, 6 Mei 2025 di Moanemani, Kabupaten Dogiyai, Papua.
Kematian Josep Agus Lepo menambah panjang daftar korban sipil yang kehilangan nyawa akibat tindakan brutal kelompok bersenjata yang mengatasnamakan perjuangan kemerdekaan Papua. Peristiwa ini tidak hanya menyisakan luka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga menuai kecaman keras dari masyarakat luas, khususnya tokoh-tokoh adat dan masyarakat di wilayah Dogiyai.
Menurut informasi yang dihimpun dari aparat keamanan dan keterangan sejumlah saksi di lokasi kejadian, aksi eksekusi terhadap Josep Agus Lepo dilakukan secara terencana oleh kelompok OPM Kodap XI. Dalam aksinya, kelompok tersebut langsung mengeksekusi korban tanpa perlawanan dan kemudian melarikan diri ke hutan.
Peristiwa ini terjadi di tengah upaya pemerintah dan aparat keamanan untuk meredam ketegangan di Papua serta membangun dialog damai dengan seluruh elemen masyarakat. Ironisnya, tindakan yang dilakukan oleh OPM ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut tidak memiliki komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan hukum, apalagi tanggung jawab moral terhadap rakyat Papua sendiri.
Salah satu aspek yang sangat mencemaskan dari aksi ini adalah sikap OPM yang secara terang-terangan tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya. Pernyataan ini dikuatkan oleh berbagai sumber yang menyebut bahwa kelompok Kodap XI menganggap tindakan mereka sebagai bagian dari “operasi militer” yang sah, padahal korbannya adalah masyarakat sipil biasa.
Peristiwa pembunuhan terhadap Josep Agus Lepo langsung mengundang reaksi keras dari berbagai tokoh masyarakat di Dogiyai. Salah satu tokoh adat setempat, Bapak Samuel Yobee, menyatakan bahwa tindakan OPM tersebut adalah penghinaan terhadap nilai-nilai budaya Papua yang menjunjung tinggi kedamaian dan persaudaraan.
“Ini hal yang tidak pantas dilakukan, karena tanah Papua lahir untuk kesucian dan kerukunan, bukan untuk menghilangkan nyawa seseorang apalagi warga sipil. Kami masyarakat Dogiyai mengecam keras kejadian ini,” tegasnya.
Yobee juga menambahkan bahwa masyarakat lokal kini mulai kehilangan kepercayaan terhadap OPM, karena kelompok tersebut bukan lagi dianggap sebagai pejuang rakyat, tetapi pelaku kekerasan yang menyebarkan ketakutan.
Menurutnya, masyarakat Papua hanya ingin hidup tenang, membangun kampung, dan menyekolahkan anak-anak mereka. Namun gangguan keamanan dari kelompok bersenjata membuat banyak warga hidup dalam ketakutan, bahkan beberapa keluarga memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Kejadian tragis yang menimpa Josep Agus Lepo memperkuat tren yang mulai terlihat dalam beberapa tahun terakhir, yaitu menjauhnya masyarakat Papua dari pengaruh OPM. Banyak tokoh adat, tokoh agama, dan generasi muda Papua yang menyuarakan penolakan terhadap cara-cara kekerasan dalam memperjuangkan aspirasi.
Menurut pengamat politik dari Universitas Cenderawasih, Dr. Yosef Waromi, masyarakat Papua kini semakin sadar bahwa perjuangan tidak bisa dilakukan dengan membunuh rakyatnya sendiri.
“Kekerasan terhadap warga sipil hanya akan menciptakan trauma kolektif, bukan solusi. OPM seharusnya membuka ruang dialog, bukan mengangkat senjata terhadap rakyat yang seharusnya mereka lindungi,” ujarnya.
Dr. Waromi juga menambahkan bahwa kemajuan Papua ke depan tidak akan dicapai melalui senjata, tetapi melalui pendidikan, pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Kematian Josep Agus Lepo bukan sekadar tragedi kemanusiaan, tetapi juga cerminan nyata bahwa aksi OPM tidak lagi berpihak pada rakyat. Aksi-aksi seperti ini tidak hanya menghancurkan nyawa, tetapi juga masa depan Papua.
Sudah saatnya masyarakat Papua bersama-sama berdiri untuk menolak kekerasan. Tanah Papua adalah tanah damai, bukan ladang konflik. Kepada mereka yang masih mendukung kelompok separatis, inilah waktunya untuk bertanya: apakah nyawa saudara sendiri layak dikorbankan demi ideologi yang tidak pernah membawa kesejahteraan?
Negara akan terus hadir dan memberikan perlindungan terbaik bagi setiap warga Papua. Namun kedamaian sejati hanya akan terwujud bila seluruh elemen masyarakat turut aktif menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan.