Kabarnoken.com- Pengamat intelijen dan keamanan nasional, Stepi Anriani, menilai kelompok separatis Operasi Papua Merdeka (OPM) telah kehilangan simpati masyarakat Papua, pasca meningkatnya serangan mematikan OPM yang menyasar warga termasuk Orang Asli Papua (OAP).
Lulusan Master of Science bidang kajian Intelijen Universitas Indonesia ini menyebut kebrutalan OPM yang saat ini terang-terangan menargetkan gereja sebagai sasaran teror mereka, semakin memupuk kebencian masyarakat Papua terhadap kelompok sparatis tersebut.
“Ditambah lagi dengan perilaku kriminal anggota OPM, seperti mencuri harta benda, ternak dan hasil bumi warga, memperkosa gadis setempat dan memaksa pemuda desa untuk bergabung dengan mereka, semakin menambah daftar ketidaksukaan masyarakat khususnya OAP terhadap kelompok separatis OPM,” kata Stepi saat dihubungi wartawan, Sabtu, 14 Juni 2025.
Stepi dianggap ekspertis bidang Papua karena skripsi, tesis dan doktoral nya mengangkat tema Papua khususnya OPM, dimana lulusan doktor kebijakan publik Universitas Indonesia (UI) yang juga aktif mengajar di Sekolah Tinggi Intelijen Negara, 2017-2023, Sesko TNI, Lemhannas, serta KSI UI ini, menyatakan jika ‘ulah nyeleneh’ pimpinan OPM Egianus Kogoya, yang merupakan pimpinan OPM Kodap III Nduga dengan memiliki kebun ganja, semakin menambah daftar hitam OPM.
Kepemilikan ladang ganja ini, semakin merubah paradigma masyarakat asli Papua terhadap OPM, yang kini memandang kelompok separatis ini tidak hanya menjalankan aksi kekerasan, melukai hingga membunuh warga, namun juga mengeksploitasi masyarakat dan mengambil keuntungan dari tanah papua dalam aktivitas ilegal narkotika, untuk kepentingan pribadi kelompok mereka.
Jika diedarkan ke masyarakat khususnya OAP, ganja Egianus Kogoya ini jelas dapat merusak generasi muda masa depan Papua. Di sisi lain, jika ganja pemimpin OPM ini sampai beredar luas hingga mancanegara, hal ini tentunya sangat merugikan nama baik Indonesia.
“Wajar jika masyarakat kita, bahkan dunia internasional, kini melihat aksi OPM sebagai bentuk nyata terorisme dengan landasan etno-nasionalisme dan tidak mengindahkan HAM serta wujud nyata pelecahan terhadap nilai-nilai ketuhanan, agama dan kemanusiaan,” jelas Stepi.