Kabarnoken.com- Aksi Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang terus menerus mengancam masyarakat sipil di berbagai wilayah Papua kembali menimbulkan keresahan mendalam. Kelompok separatis bersenjata tersebut kerap melakukan intimidasi, pemerasan, bahkan kekerasan terhadap warga, yang berdampak pada terganggunya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat Papua, khususnya di daerah pedalaman.
Kekerasan demi kekerasan yang dilakukan oleh OPM tidak hanya menyasar aparat keamanan, tetapi juga masyarakat sipil yang tidak bersalah. Warga yang tinggal di Distrik Gome, Intan Jaya, dan daerah Pegunungan Tengah lainnya, melaporkan bahwa mereka hidup dalam ketakutan akibat teror yang terus berlangsung. OPM diketahui sering menggunakan taktik intimidasi agar warga patuh terhadap kehendak mereka, termasuk larangan berinteraksi dengan aparat negara serta keharusan memberikan logistik secara paksa.
Tokoh masyarakat Papua, Yulianus Nawipa, menyatakan bahwa situasi ini telah menekan kebebasan masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari-hari. “Kami hanya ingin hidup damai, membangun masa depan anak-anak kami. Namun, ancaman dari kelompok OPM membuat semua harapan itu seperti mimpi yang jauh,” ujarnya dengan nada prihatin, Sabtu (5/7/2025).
Tidak hanya itu, kegiatan pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan pemerintah untuk membuka akses wilayah-wilayah terpencil pun menjadi terganggu akibat ulah kelompok ini. Pekerja proyek sering menjadi sasaran penembakan atau penculikan. Dalam beberapa kasus, honai dan fasilitas umum seperti sekolah serta puskesmas bahkan dibakar karena dianggap sebagai simbol keterlibatan pemerintah.
Pendeta Paulus Tabuni, salah satu tokoh agama di wilayah Puncak, menyesalkan kekerasan yang terus dilakukan oleh OPM atas nama perjuangan. “Jika benar mereka memperjuangkan rakyat Papua, mengapa justru rakyat sendiri yang menjadi korban? Ini bukan perjuangan, ini penindasan,” tegasnya.
Pihak keamanan yang bertugas di Papua juga membenarkan adanya peningkatan laporan dari warga terkait ancaman yang mereka terima. Komandan Distrik Militer di wilayah Pegunungan Bintang menyampaikan bahwa pihaknya telah meningkatkan patroli dan pengamanan untuk menjamin keselamatan warga sipil. “Kami hadir untuk melindungi rakyat. Keamanan masyarakat adalah prioritas utama,” ungkapnya.
Seiring dengan meningkatnya aksi brutal OPM, masyarakat pun mulai menunjukkan penolakan terhadap kelompok tersebut. Sayangnya, aksi balas dendam dan kekerasan yang dilakukan oleh OPM terus berlangsung. Banyak warga akhirnya memilih mengungsi ke daerah yang lebih aman, meninggalkan ladang dan rumah mereka. Hal ini menyebabkan gangguan ketahanan pangan serta meningkatnya beban sosial di wilayah yang menjadi tempat pengungsian.
Keresahan warga Papua akan terus berlanjut jika aksi kekerasan tidak segera dihentikan. Harapan masyarakat kini tertumpu pada kehadiran negara yang tidak hanya menjamin keamanan, tetapi juga mendengarkan suara dan kebutuhan masyarakat asli Papua secara berkelanjutan.