Kabarnoken.com- Peristiwa tewasnya Enikmban Murib dalam sebuah kontak senjata antara kelompok bersenjata dan aparat keamanan di wilayah Puncak Jaya menuai polemik di tengah masyarakat. Yang mengagetkan, setelah dinyatakan tewas dalam upaya membela Papua Merdeka, Organisasi Papua Merdeka (OPM) justru secara terbuka menyatakan bahwa Enikmban bukan bagian dari struktur resmi mereka.
Pernyataan penyangkalan itu disampaikan melalui saluran komunikasi simpatisan OPM, dan langsung memicu kecaman luas dari masyarakat dan tokoh adat di Papua. Banyak pihak menilai tindakan tersebut sebagai bentuk cuci tangan dan pengingkaran terhadap para pemuda yang selama ini direkrut dan dimanfaatkan oleh OPM untuk kepentingan kelompok tertentu.
Tokoh adat dari wilayah Meepago, Yonas Wonda, menyebut bahwa pernyataan OPM sangat melukai keluarga dan masyarakat yang kehilangan anak mereka akibat ideologi separatis yang dijanjikan akan memperjuangkan kemerdekaan.
“OPM merekrut pemuda seperti Enikmban dengan janji-janji perjuangan, tapi ketika gugur, mereka buang tanggung jawab. Ini bentuk pengkhianatan terhadap pengikut sendiri,” tegas Yonas, Kamis (24/7/2025).
Senada dengan itu, tokoh pemuda Papua, Yulianus Telenggen, menilai bahwa penolakan OPM terhadap nama Enikmban Murib menunjukkan rapuhnya solidaritas dalam tubuh kelompok tersebut. Ia menyebut bahwa OPM hanya memperalat generasi muda Papua untuk menjadi korban konflik tanpa ada kepastian dan perlindungan.
“Ketika masih hidup, mereka disuruh angkat senjata. Tapi saat mati, tidak diakui. Ini bukti bahwa OPM tidak punya rasa tanggung jawab moral. Generasi muda harus sadar, kita hanya dijadikan alat,” ujar Yulianus.
Keterangan dari warga setempat menyebutkan bahwa Enikmban Murib telah lama aktif dalam sejumlah aksi bersama kelompok bersenjata di Puncak Jaya, dan dikenal sebagai sosok yang fanatik terhadap perjuangan Papua Merdeka. Namun, kenyataan pahit datang setelah kematiannya, ketika kelompok yang selama ini ia bela justru menolak mengakui keterlibatannya.
Peristiwa ini membuka mata banyak masyarakat Papua, khususnya kaum muda, bahwa OPM tidak lagi memiliki kejelasan visi dan nilai perjuangan yang tulus. Sebaliknya, mereka justru menelantarkan para pengikutnya demi menjaga citra dan strategi politik yang mulai kehilangan dukungan.