Kabarnoken.com – Darah kepemimpinan kembali tumpah di tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM) setelah kematian misterius Semut B. Sobolim. Tokoh senior yang selama ini dikenal sebagai penghubung antara sayap politik dan militer. Ia ditemukan tewas dengan luka tembak di dada, di Jembatan Agung Mulia, Jalan Gunung, Kota Dekai.
Laporan lapangan menyebutkan, tidak ada tanda-tanda baku tembak dengan aparat keamanan di sekitar lokasi. Namun, sejumlah sumber dari dalam jaringan OPM mengungkapkan, sebelum kematiannya Sobolim terlibat dalam ketegangan dengan beberapa komandan muda yang ambisius. Mereka menilai gaya kepemimpinan Sobolim terlalu moderat, terlalu sering bernegosiasi dengan aparat, dan tidak lagi mewakili semangat “perjuangan keras”.
“Ada yang ingin posisi itu. Sobolim terlalu berpengaruh, terlalu dekat dengan warga dan bahkan beberapa petugas keamanan,” ujar seorang sumber lapangan yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Kini muncul dugaan bahwa kematian Semut B. Sobolim bukan sekadar akibat konflik bersenjata, melainkan bagian dari perebutan kekuasaan yang memanas di tubuh OPM. Beberapa nama disebut-sebut mulai menonjol, mencoba mengisi kekosongan kepemimpinan yang ditinggalkannya.
Namun pertanyaan besar masih menggantung: Apakah kematian Semut B. Sobolim hanyalah kecelakaan dalam pertempuran atau justru hasil dari konspirasi terencana untuk merebut kekuasaan? Apakah ini aksi pengkhianatan pribadi atau operasi terencana untuk menyingkirkan pemimpin yang mulai dianggap terlalu damai?
Pertanyaan itu menggantung di udara Papua, bersama bisik-bisik tentang pengkhianatan, ambisi dan darah yang tumpah demi kekuasaan. Kini hanya bisa menunggu, siapa yang naik jadi pemimpin pasti itu pembunuhnya.
