Kabarnoken.com- Dunia penerbangan Papua digegerkan dengan penangkapan Anton Gobai, seorang pilot sipil dari maskapai lokal yang kedapatan menyelundupkan senjata api untuk kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Penangkapan ini terjadi saat Anton hendak lepas landas dari Bandara Sarangani, Filiphina Selatan.
Tokoh masyarakat Papua, Pdt. Yonas Tebay, menyampaikan keprihatinannya atas kejadian ini. Ia menilai bahwa tindakan Anton Gobai bukan hanya pelanggaran hukum berat, tetapi juga bentuk pengkhianatan terhadap rakyat Papua yang mendambakan perdamaian.
“Pilot adalah simbol keselamatan dan kepercayaan publik. Bila seorang pilot justru menjadi penyelundup senjata, itu mencederai nilai kemanusiaan dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem transportasi kita,” kata Pdt. Yonas, Kamis (12/6/2025).
Pihak dari TPNPB OPM lewat jubirnya Sebby Sambom meminta kepada Negara Filiphina untuk membebaskan pilot tersebut, karena pilot tersebut tidak menyalahi aturan yang berlaku.
“Pilot tersebut berjuang untuk rakyat Papua dan untuk memperjuangkan kemerdekaan rakyat Papua, jadi kami mohon tolong lepaskan pilot kami”, ujarnya.
Sementara itu, Ketua Forum Pemuda Papua Cinta Damai, Albert Nawipa, menyerukan agar masyarakat Papua tidak lagi terprovokasi oleh tindakan OPM dan simpatisannya. Ia menekankan bahwa gerakan separatis justru membuat Papua semakin tertinggal karena mengganggu stabilitas dan membahayakan warga sipil.
“Kami ingin hidup tenang dan damai. Jangan lagi ada oknum seperti Anton Gobai yang menjual profesinya untuk mendukung kekerasan. Dia harus dihukum seberat-beratnya,” ujar Albert.
Pihak maskapai tempat Anton bekerja mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam keras tindakan sang pilot dan menyatakan bahwa yang bersangkutan telah dipecat serta diserahkan sepenuhnya ke pihak berwenang. “Kami tidak mentoleransi segala bentuk pelanggaran hukum, apalagi yang berkaitan dengan terorisme dan separatisme,” bunyi pernyataan tersebut.
Penangkapan Anton Gobai menjadi alarm keras bagi OPM, bahwa negara lain juga tidak mendukung kegiatan yang di lakukan oleh OPM, karena OPM dinilai sebagai organisasi yang hanya membuat masyarakat Papua penuh dengan ancaman serta penderitaan. Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa kelompok OPM tidak hanya menggunakan kekuatan bersenjata, tetapi juga strategi infiltrasi terhadap infrastruktur sipil untuk melanggengkan aksinya.