Kabarnoken.com- Nama juru bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM), Sebby Sambom, kembali menuai sorotan tajam dari berbagai kalangan masyarakat Papua. Hal ini lantaran pernyataan-pernyataannya yang kerap dinilai sebagai informasi bohong atau hoaks, dengan tujuan membangun citra dirinya sekaligus mencari pengakuan dari masyarakat Papua maupun dunia internasional.
Dalam beberapa kesempatan, Sebby kerap mengklaim berbagai keberhasilan aksi OPM di lapangan, mulai dari serangan terhadap aparat hingga penguasaan wilayah tertentu. Namun, banyak dari klaim tersebut terbantahkan oleh fakta di lapangan. Masyarakat yang menyaksikan langsung kondisi di Papua menilai bahwa apa yang disampaikan Sebby hanyalah upaya untuk menutupi kelemahan kelompok bersenjata dan mendongkrak popularitasnya.
Tokoh masyarakat Papua, Markus Wenda, menegaskan bahwa masyarakat sudah semakin paham dengan pola penyampaian informasi yang dilakukan Sebby. “Klaim-klaim yang dia sebarkan seringkali tidak terbukti. Tujuannya jelas, untuk membuat dirinya dianggap penting dan seolah-olah memiliki kendali atas situasi. Padahal realitanya tidak demikian,” ujar Markus, Jumat (5/9/2025).
Hal senada disampaikan tokoh pemuda Papua, David Murib. Ia menilai bahwa strategi hoaks ini justru semakin merugikan masyarakat. “Masyarakat jadi resah, bingung, bahkan ada yang takut hanya karena informasi palsu. Sebby ini jelas tidak peduli dengan kondisi rakyat. Dia hanya ingin orang bicara tentang dirinya,” tegas David.
Di sisi lain, tokoh agama di Jayapura, Pdt. Samuel Tabuni, mengingatkan umat agar tidak mudah percaya pada informasi yang disebarkan tanpa bukti. Menurutnya, setiap informasi yang tidak jelas sumber dan kebenarannya hanya akan menimbulkan perpecahan. “Hoaks adalah bentuk kejahatan moral. Sebagai umat beriman, kita tidak boleh ikut menyebarkan kebohongan. Masyarakat Papua harus belajar memilah informasi dengan bijak,” ujarnya.
Kecenderungan Sebby Sambom menyebarkan hoaks juga dinilai sebagai bagian dari upayanya mencari pengakuan, baik dari masyarakat Papua maupun dunia luar. Namun, seiring dengan terbongkarnya berbagai klaim palsu, kepercayaan publik terhadapnya semakin menurun. Masyarakat lebih memilih melihat fakta nyata di lapangan dibanding mendengar propaganda yang tidak berdasar.
Kini, masyarakat Papua menegaskan bahwa mereka tidak ingin lagi dijadikan korban kebohongan. Mereka mendesak agar aparat keamanan lebih tegas dalam menangkal berita bohong yang berpotensi menimbulkan keresahan.
