Kabarnoken.com- Dengan langkah tegap dan suara lantang, Benhur Tomi Mano (BTM) kembali menegaskan jati dirinya, bukan sebagai pencari kekayaan, tetapi sebagai anak negeri yang terpanggil untuk membangun Papua dari akar terdalam.
Deklarasi dukungan kepada pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, BTM-CK (Constant Karma), menggema dari Lembah Grime-Nawa, Kabupaten Jayapura pada Kamis, 29 Mei 2025.
Bertempat di Lapangan Besum, Distrik Namblong, ribuan warga dari enam distrik datang membawa harapan besar, menyerahkan jubi dan noken secara adat sebagai simbol kepercayaan kepada dua anak asli Tabi dan Saireri.
“Saya bukan orang asing yang datang cari kaya. Saya anak negeri. Saya hadir untuk menghapus air mata anak-anak Tabi dan Saireri,” tegas BTM dengan suara bergetar. Kata-kata itu disambut sorak dukungan dan isak haru warga yang hadir.
BTM, yang pernah dua periode menjabat sebagai Walikota Jayapura, menolak segala bentuk fitnah dan hasutan politik. Ia menegaskan niat tulusnya membangun Papua dengan hati, bukan menjual janji.
“Jangan hina, jangan fitnah. Sampaikan program, bukan kebencian. Kita semua ciptaan Tuhan,” serunya. Ia juga menolak tawaran menjadi anggota DPR RI, karena ingin tetap berdiri di tanah kelahirannya untuk memperjuangkan perubahan yang nyata.Jayapura tourism.
Dukungan kepada BTM-CK bukan tanpa alasan. Ketua Dewan Adat Grime Nawa, Ayahnang Zadrak Wamebu, menyebut deklarasi ini sebagai bentuk perjuangan masyarakat adat yang selama ini merasa tersingkir.
“Kami sudah terlalu lama dipinggirkan. Tanah dan hutan kami diambil tanpa suara. Hari ini, kami serahkan harapan itu kepada BTM-CK,” tegas Zadrak.
Senada, Ketua Adat Tabi, Yakonias Wabra, menyebut bahwa BTM-CK tidak perlu merebut posisi. Mereka layak dipilih karena kejujuran dan kedekatannya dengan rakyat.
Pasangannya, Constant Karma, juga menyampaikan komitmennya membangun Papua dari sektor kesehatan, khususnya penanggulangan AIDS dan penguatan layanan masyarakat. Karma mengenang masa pengabdiannya sebagai dokter hewan yang melayani rakyat dari rumah ke rumah.
“Dari kandang ke kandang, dari kampung ke kampung, saya jalani semua itu. Hari ini saya kembali, bukan untuk duduk, tapi untuk bekerja,” ujarnya.
