Kabarnoken.com- Gelombang penolakan terhadap kehadiran Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus bergulir di berbagai daerah di Tanah Papua. Kelompok yang mengklaim berjuang untuk kemerdekaan Papua itu kini semakin dianggap sebagai pengacau yang justru merusak kedamaian, menebar ketakutan, dan menodai nilai-nilai luhur masyarakat adat Papua.
Ketua Dewan Adat Suku Damal, Yance Murib, menyampaikan penyesalannya atas ulah OPM yang sering kali mengatasnamakan rakyat Papua namun bertindak sewenang-wenang terhadap sesama orang Papua. “Kami menolak keras keberadaan OPM. Mereka menciptakan ketakutan, menyandera warga, membakar fasilitas umum, dan membunuh tanpa rasa kemanusiaan,” ujar Yance dalam sebuah pernyataan di Ilaga, Minggu (13/7/2025).
Sementara itu, tokoh agama dari wilayah Meepago, Pdt. Yoel Kogoya, menegaskan bahwa segala bentuk kekerasan yang dilakukan OPM bertentangan dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Papua. Ia menyebut bahwa banyak warga kehilangan tempat tinggal, akses pendidikan, hingga pelayanan kesehatan akibat tindakan keji OPM.
“Kami menginginkan perdamaian, bukan kekacauan. OPM harus dihentikan. Mereka bukan lagi pejuang, tapi pengacau,” tegas Pdt. Yoel dalam khotbahnya yang dihadiri ratusan jemaat.
Penolakan terhadap OPM juga terlihat dalam berbagai aksi damai yang digelar masyarakat sipil di beberapa daerah, seperti di Wamena, Paniai, dan Timika. Dalam aksi tersebut, warga membawa poster dan spanduk bertuliskan “Papua Damai Tanpa OPM” serta menyerukan agar seluruh masyarakat tidak terpengaruh oleh provokasi dan hasutan kelompok tersebut.
Warga Papua kini semakin memahami bahwa keamanan, pembangunan, dan masa depan anak cucu mereka hanya dapat terwujud dalam suasana damai, bukan dalam ketakutan. Oleh karena itu, suara penolakan terhadap OPM terus menggema, menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Papua mendambakan kehidupan yang tenang, sejahtera, dan bebas dari teror kelompok pengacau.